Sejarah Hot Rod
Sedangkan penganut aliran modifikasi ini disebut sebagai “Hot Rodders“.
Ciri khas dari aliran ini adalah penggunaan mesin-mesin bertenaga besar agar mobil dapat berlari cepat.
Ada beberapa teori yang menerangkan asal kata Hot Rod yaitu :
- Pada awalnya digunakan untuk menamai mobil-mobil yang mesinnya telah dimodifikasi dengan cara mengubah stroke crankshaft dengan ukuran yang berbeda dari ukuran standarnya.
- Teori lain menyatakan bahwa istilah Hot Rod adalah kependekan dari kata “Hot Roadster”, yang artinya adalah Roadster yang telah dimodifikasi agar dapat berlari kencang. Sedangkan yang dimaksud dengan Roadster adalah satu jenis mobil yang dirancang hanya dengan dua tempat duduk, tanpa atap, tanpa kaca samping dan belakang. Dengan model dan bentuk seperti itu, mobil jenis ini sangatlah mudah dimodifikasi.
Istilah
Hot Rod diperkirakan mulai popular di akhir tahun 1930-an, di selatan
California, saat SCTA ( Southern California Timing Association)
mengadakan balap mobil di danau yang telah mengering di wilayah timur
laut Los Angeles.
Pada jaman itu, mobil yang paling banyak
di modifikasi sebagai Hot Rod adalah mobil dengan merk Ford, biasanya
Ford Model T. Pilihan lain adalah Ford Model A yang diproduksi tahun
1928-1931 atau Ford Model B yang diproduksi tahun 1932-1934.
Mobil-mobil ini dimodifikasi dengan beberapa cara, antara lain :
- Mengurangi bobot kendaraan, dengan mencopot penutup ruang mesin (hood), atap, bemper, kaca depan , dan / atau fender.
- Membentuk kembali bodi mobil yang telah di”mutilasi” agar lebih rapi.
- Melakukan modifikasi pada mesin standarnya atau menggantinya dengan mesin lain yang lebih bertenaga. Yang paling sering dilakukan adalah memasang mesin Ford Flathead, atau biasa disebut sebagai “flatty”, pada chassis mobil yang berbeda. Pada tahun 1940, Mesin dengan “60 tenaga kuda” ini sangat popular untuk dipasang di Jeep.
- Mengganti velg dan ban dengan ukuran dan kualitas yang lebih tinggi agar mendapat traksi yang lebih baik.
Teknik
modifikasi mesin terus berkembang setelah munculnya generasi mesin V8,
255 cu in (4,2 l). Mesin ini popular karena mudah di modifikasi dengan
menggunakan “longer-stroke Mercury crank” dari tipe 239, sama halnya
seperti memasang crankshaft 400 cu in (6,6 l) di mesin “small block”
saat ini.
Belum lagi setelah Perang Dunia II,
banyak tentara yang memiliki pengalaman dan kemampuan teknis, memberikan
pelatihan kepada para mekanik yang biasa melakukan modifikasi mobil.
Ditunjang dengan banyaknya jalur balap yang menggunakan lapangan
udara militer berukuran kecil yang ditinggalkan atau tidak lagi
digunakan, semakin memicu perkembangan Hot Rod. Berbeda dengan sekarang
, arena balap yang digunakan pada era tersebut berupa 4 jalur / trek
yang panjangnya satu mil atau lebih, dan digunakan secara bersamaan.
Seiring dengan perkembangan teknologi,
modifikasi mesin Hot Rod yang menggunakan crankshaft dengan stroke
0,1875 (4,76 mm) dianggap sudah terlalu biasa. Para Hot Rodders ini
berani menaikkan ukuran stroke hingga 3,375 (85,7 mm). Akibatnya , blok
mesin seringkali pecah karena panas yang berlebih (overheat). Ini
adalah masalah klasik yang saat itu belum dapat terpecahkan.
Pada tahun 1950-an,
para Hot Rodders kembali mencoba melakukan modifikasi dengan blok mesin
Flathead yang menggunakan crankshafts dengan stroke yang berukuran
4,125 di (104,8 mm), yang akhirnya akan diganti dengan menggunakan
mesin tipe Hemi generasi pertama.
Pada tahun ini pula, majalah dan
asosiasi Hot Rod mulai tumbuh, dan istilah “Hot Rod” kadang-kadang juga
digunakan untuk menjuluki mobil yang desainnya agak diluar trend saat
itu.
Pada tahun 1960,
modifikasi Hot Rod, dianggap sebagai salah satu cara untuk memperbaiki
penampilan mobil, selain dengan teknis pengecatan yang menggunakan
teknologi tinggi.
Pada tahun 1970, mesin
Chevy small block adalah pilihan yang paling umum, dan sejak era 80-an,
mesin Chevy 350 cu in (5,7 l) digunakan dimana-mana.